Janji Burung Pipit pada Pak Tani

Dipagi hari matahari mulai menampakan cahayanya, sinar matahari sedikit demi sedikit menerangi  hamparan sawah yang membentang luas, suara kicauan burung yang merdu menambah suasana pedesaan terasa sangat  menenangkan, dipinggiran jalan terdapat sungai-sungai kecil yang mengalir untuk mengairi area persawahan, terdapat gundukan tanah yang ditanami sayur-mayur berupa tomat, kangkung, terong, bayam, cabai, mentimun dan masih banyak lagi. Disudut barat persawahan terdapat pohon pisang yang sangat hijau dan subur, pohon pisang yang dijadikan tempat persembunyian burung pipit untuk mengintai sawah pak tani.
Segerombolan burung pipit mulai berterbangan dan menari-nari diangkasa menyambut pagi, para petani berjalan  menuju sawah dengan membawa cangkul dipundak dan saling menyapa. Sesampai disawah masing-masing pak tani mulai menanam satu persatu padi dengan rapi dan sesekali sambil bercanda dengan petani yang lainya untuk mengurangi rasa lelahnya, mereka terlihat sangat gembira menyambut musim tanam padi.
 Ketika sinar matahari mulai menyangat tubuh pak tani dan terasa panas sekali, pak tani mulai berteduh dibawah pohon pisang untuk beristirahat sejenak. Dengan tiduran beralaskan daun pisang pak tani melepas lelahnya, tiba-tiba pak tani mendengar suara burung yang sedang menangis, pak tani mencari-cari dari mana asal suara tangisan burung itu, pak tani menemukan burung pipit yang sedang termenung dipelepah daun pisang, kemudian pak tani itu bertanya kepada burung pipit.
 “Kenapa kau menagis dan bersedih burung pipit?”
Lalu burung pipitpun menjawab “Aku seharian sibuk mecari jerami untuk sarang tempat tinggalku, tapi aku tidak menemukan sedikitpun jerami dibentangan sawah yang luas ini, sepertinya petani telah membakar semua jerami untuk pupuk sawah mereka dan aku telah terlambat tidak mengumpulkan jerami sebelum para petani membakar jerami”.
“Benar burung pipit yang malang, kami telah membakar semua jerami untuk pupuk sawah kami, kalau boleh aku menawarkan sesuatu kepadamu apakah kau mau wahai burung pipit?”.
Burung pipitpu penasaran seraya bertanya “Apa yang kau tawarkan untuku pak tani?”.
“Jika kau mau berjanji kepadaku, maka aku akan membantu kesulitanmu”.
“Benarkah itu?” Burung pipitpun mulai tertarik.
“Iya benar burung pipit, tapi kau harus menepati janjimu!”.
“Katakan janji apa yang harus aku tepati, wahai pak tani?”
“Jika kau mau menjaga padi-padiku sampai musim panin datang, aku akan meberikan semua jeramiku dan beberapa padi untukmu, apakah kau sanggup burung pipit?”.
Burung pipit mulai berfikir dan memepertimbangakan tawaran pak tani.
“Kenapa kau lama sekali menjawab tawaranku burung pipit?”.
“Hmmm, baiklah pak tani aku menerima tawaranmu”.
“Jadi mulai sekarang kau harus menjaga padi-padiku!”.
Kemudian pak tani  mulai melanjutkan pekerjaan, tak terasa hari mulai petang dan pak tani mulai bergegas pulang. Burung pipitpun mulai kembali kesarang masing-masing untuk beristirahat.
Ke esokan harinya pak tani datang kembali memeriksa perairan sawah, burung pipit menghamipiri pak tani seraya menanyakan kabar.
“Bagaimana kabarmu wahai pak tani?”.
“Aku baik”. Sambil membuka sedikit tutup perairan sawah.
Burung pipitpun bertanya kembali “Wahai pak tani kau pergi kesawah dengan pakaian sangat rapi sepertinya kau akan pergi?”.
“Benar burung pipit aku akan pergi ke kota beberapa bulan untuk belajar menanam padi yang benar dan membeli beberapa bibit unggul dikota untuk musim tanam selanjutnya”.
“Oh seperti itu, semoga kau baik-baik disana pak tani”.
“Iya terimaksih burung pipit, jangan kau lupakan janjimu wahai burung pipit!”.
“Tenang saja pak tani aku akan menjaga sawahmu sesuai dengan janjiku”.
“Baiklah burung pipit aku pergi dulu, sampai jumpa kembali dimusim panin”.
Burung pipitpun mulai menjaga sawah pak tani, hari demi hari berlalu, bulan demi bulan berganti, bentangan padi mulai berisi dan sedikit menguning. Burung pipit menyambut dengan ceria dan merasa senang sekali karena itu pertanda pak tani akan segera datang dan memeberinya jerami untuk tempat tinggalnya, namun burung pipit mendengar suara aneh.
“kruuk, kruuk,,,”. Suara apa itu?
Tanpa menyadari ternyata suara perut burung pipit yang kelaparan. Burung kenari teman burung pipit menghampiri seraya bertanya.
“Hihi sepertinya perutmu menjerit kelaparan burung pipit?”. Sambil tertawa.
“Benarkah??”.
“Iya coba saja kau dengarkan burung pipit”.
“Iya teman perutku terasa lapar setelah menjaga padi berbulan-bulan”. Burung pipit tertunduk lesuh, Kemudian burung kenari bertanya kembali.
“Wahai burung pipit apa kau memiliki persediaan makanan untuk kau makan?”.
Burung pipit bersedih seraya bercerita “Wahai burung kenari persediaan makananku telah habis 1 minggu yang lalu, sehari-hari aku minum air sungai untuk menahan rasa lapar diperutku”.
“Lalu kenapa kau tidak memakan padi-padi yang membentang ini?”.
“Tidak teman”.
“Ada apa denganmu wahai temanku burung pipit?”.
“Tidak apa-apa burung kenari”.
Burung kenari semakin penasaran “Biasanya kau yang paling semangat mencuri padi-padi pak tani untuk kau makan ramai-ramai dengan gerombolanmu?”.
“Tapi saat ini tidak lagi”.
“Lalu? coba kau ceritakan padaku burung pipit”. Burung kenari merasa penasaran dengan perubahan kebiasaan burung pipit.
“Baiklah jika kau memaksa, aku telah berjanji kepada pak tani bahwa aku akan  menjaga padi-padinya dan pak tani akan memebrikanku imbalan jerami untuk sarang tempat tinggalku serta beberapa benih untuk aku makan, karena waktu itu aku mengalami kesulitan mencari jerami dan pak tani menawarkan pertolongan itu tapi dengan syarat aku harus menjaga sawah pak tani sampai pak tani datang dari kota”.
“Oh jadi seperti itu”. Burung kenaripun mulai menggoda burung pipit.
“Iya burung kenari, kruk kruk kruuk,,,”. Terdengar kembali suara perut burung pipit yang kelaparan.
“Lalu kapan pak tani akan memebrikan imbalan?, bukanakah perutmu sudah tidak tahan untuk makan!”.
“Setelah pulang dari kota”.
“Kau pasti telah dibohongi oleh pak tani, dan pak tani tidak akan memberimu imbalan wahai burung pipit, karena sampai sekarangpun belum datang”.
“Pak tani pasti akan datang”.
“Ayolah temanku kau bisa mengambil sedikit saaj benih padi untuk kau makan”.
“Tidak aku akan menunggu sampai pak tani datang”.
“Baiklah jika itu keputusanmu, selamat menunggu pak tani dan menahan perutmu ha ha ha”. Burung kenari pergi seraya menertawakan burung pipit yang sedang kelaparan.
Ke esokan harinya burung pipit masih menjaga sawah dan setia menunggu pak tani, namun pak tani tidak kunjung datang, sesekali segerombol teman-temanya ingin memakan padi milik pak tani, burung pipitpun segera mengusirnya. Dan datanglah burung kenari kembali menghampiri burung pipit.
“Apakah kau sudah makan urung pipit?”.
“Belum,,,”.
“Wahai burung pipit sampai kapan kau akan menahan laparmu?”.
Burung pipit terdiam.
“Ayolah kau bisa mengambil sedikit saja padi-padi ini, pak tani tidak akan mengetahui, kasihan juga teman-temanmu ikut kelaparan.
“Kruuk, kruuk,,,”. Terdengar kembali suara perut burung pipit.
“Kalau kau mau aku akan memberimu saran untuk mengatasi perutmu yang kelaparan burung pipit”.
“Baiklah apa saranmu?”. Burung pipit sudah tidak tahan lagi menahan lapar.
“Kau bisa memakan padi tepat ditengah supaya pak tani tidak mengetahui”.
“Apakah benar?”. Burung pipit mulai tergoda dengan saran burung kenari.
“Iya benar kau bisa mencobanya”.
“Tapi bagaimana aku sudah berjanji pada pak tani”.
“Ayolah sedikit saja untuk mengganjal perutmu sampai pak tani datang, sekarang  coba kau terbang tepat diatas tengah-tengah sawah, nanti aku akan melihat dari sini dan memberi tahu posisi yang tepat agar nanti tidak terlihat oleh pak tani”.
“Baiklah akan kucoba”.
“Ayo terus kurang sedikit ditengah”.
“Bagaimana burung kenari disini?”.
“Jangan coba kau agak geser aku masih bisa melihatmu”.
“Apakah aku masih terlihat burung kenari?”.
“Iya sudah burung pipit, sekarang aku tidak bisa melihatmu”. Burung kenaripun bergegas pergi.
Tanpa berfikir lagi dengan lahap burung pipit memakan padi dan lupa dengan semua janjinya kepada pak tani, serta berteriak memanggil teman-temanya untuk bergabung memakan padi-padi pak tani.
“Ayo teman-teman mari kita makan padi ini disini, bukankah kau lapar?”.
Datanglah segerombolan burung pipit bergabung untuk memakan padi pak tani, hingga mereka tersa kenyang dan tidak terasa sebagian padi habis dimakan burung pipit dan segerombolan teman-temanya, mereka tertidur dibawah pohon padi karena merasa kenyang.
Datanglah pak tani dengan sangat gembira melihat padi-padinya seraya memanggil-manggil burung pipit.
“Burung pipit aku telah datang, kau dimana?”. Burung pipit terbangun dan menyadari bahwa pak tani telah datang.
“Burung pipit 2 minggu lagi aku akan menanam padi ini dan kau bisa mengambil semua jerami serta aku akan memberikan banyak padi untuk kau makan, wahai burung pipit kau dimana?”.Burung pipit tersadar, dan ketakutan serta masih bersembunyi dibawah pohon padi.
“Wahai burung pipit kau dimana aku mencarimu?”.
Burung pipit berusaha memberanikan diri untuk muncul secara berhati-hati menemui pak tani, namun segerombolan teman-temanya terbangun dan terbang berhamburan. Pak tani kaget dan sangat marah melihat segerombolan burung pipit terbang dari sawahnya.
“Wahai burung pipit apa yang kau lakukan disawahku?”. Tanya pak tani.
Burung pipit merasa sangat ketakutan dengan mencoba memberanikan diri muncul dihadapan pak tani.
“i i iya pak tani”. Rupanya kau sudah datang aku menunggu kedatanganmu.
“Hai,, burung pipit apa yang kau lakukan dengan teman-temanmu disawahku?”.
Burung pipit sangat takut sekali hingga bicaranya tersendak-sendak “Wa wa wahai pak tani kami hanya beristirahat dibawah pohon padimu karena hari ini sangat panas”.
Pak tani curiga dengan burung pipit melihat dari cara bicaranya, kemudian menanyakan kembali.
“Lalu kenapa kau tidak istirahat dipohon-pohon pisang seperti biasanya?”.
Burung pipit mulai berbohong pada pak tani “Aku tidak beristirahat dipohon pisang karena aku menunggumu pak tani, aku takut kalau kau datang dan aku tidak ada disawahmu nanti kau akan mengira aku tidak menjaga sawahmu dengan baik".
“Ok baiklah burung pipit”. Burung pipit mulai merasa tenang.
Namun pak tani masih meragukan burung pipit dan menanyakan beberapa pertanyaan kembali.
“Lalu kenapa teman-temanmu juga berada disawahku burung pipit?”.
“I i iya pak tani”.
“Apa yang mereka lakukan?”.
Burung pipitpun merasa gugup kembali seraya menjawab pertanyaan pal tani.
“Me me mereka mengikutiku untuk menjaga sawahmu pak tani”.
“Ooh seperti itu, aku senang dengan kesetiaanmu”.
Burung pipit berpura-pura tersenyum “Hi hi hi”.
“Baiklah burung pipit aku ingin memeriksa sawahku apakah ada masalah dengan padi-padiku”.
Burung pipit mulai bingung lagi “Ja ja jangan pak tani”.
“Kenapa aku tidak boleh memeriksa padiku, wahai burung pipit?”.
“I i iya pak tani, nanti kalau kau memaksa masuk untuk memeriksa sawahmu padi-padimu akan berguguran dan bobot padimu akan berkurang”.
Burung pipit pandai beralasan dan pak tani mempercayainya.
“Benar juga kau burung pipit, baiklah aku akan pulang”.
Pak tani berpamitan pulang dan burung pipit merasa sangat lega namun iya bingung bagaimana kalau pak tani mengetahui. Pak tani berbalik arah kembali dan melihat sawahnya.
“Ada apa pak tani dan kenapa balik lagi?”.
“Tidak burung pipit sepertinya tanahya sangat kering aku ingin membuka saluran air supaya padi-padiku terlihat segar”.
“Ja ja jangan pak tani biar aku yang mengaliri sawahmu”.
Pak tani tertawa “ha ha ha yang benar saja burung pipit, kau tidak akan bisa membuka aliran air, kau sangat kecil”.
“Aku kan bisa memanggil teman-temanku pak tani”.
“Kau sangat baik burung pipit tapi tidak usah repot-repot aku akan membukanya sendiri sudah lama tidak dibuka mungkin agak seret”.
“I i iya pak tani”. Burung pipit sangat ketakutan dengan pak tani membuka aliran air untuk mengairi sawah pasti akan mengetahui bahwa sebagian padinya yang ditengah telah dimakan dengan teman-temanya.
Pak tani berjalan menuju aliran air disawahnya dengan senang melihat bentangan padi yang mulai menguning, langkah demi langkah akan terlewati menuju bagian tengah sawah, burung pipit semakin merasa takut, burung pipit berharap pak tani tidak melihat bagian tengah sawah yang sebagian telah dimakan. Namun pak tani mengetahui, pak tani sangat kaget dan wajahnya berubah seketika menjadi sangat marah.
“Hai burung pipit kau telah memakan padi-padiku?”.
Burung pipit terdiam dan ketakutan.
“Bukankah kau telah berjanji akan menjaga sawahku?”.
“I i iya pak tani”.
“Lalu apa yang kau lakukan, sebagian padi-padiku kau makan ramai-ramai dengan teman-temanmu, aku telah salah besar mempercayaimu burung pipit”.
“Ma ma maafkan aku pak tani, aku sangat lapar dan menunggumu terlalu lama, aku berfikir jika aku memakan sedikit saja kau tidak akan mengetahui, namun teman-temanku juga mengikutiku karena mereka juga merasa kelaparan sepertiku pak tani”.
Pak tani sangat marah dan beteriak “Burung pipiiiiit”.
Burung pipit menangis dan meminta maaf seraya menyesali perbuatanya, namun pak tani tetap marah dan berkata.
“Aku tidak akan mengampunimu burung pipit dan aku tidak akan menolongmu lagi karena kau telah berjanji namun tidak kau tepati janjimu”.
“Maafkan aku pak tani aku tidak akan mengulangi lagi aku berjanji kepadamu pak tani”.
“Aku tidak akan percaya lagi kepadamu burung pipit!”.
“Benar pak tani aku tidak akan mengulangi dan akan aku tepati janjiku”.
“Kau akan menyesal burung pipit, aku kecewa dengan kebohonganmu  dan janji yng tidak kau tepati”. Pak tani sangat marah dan segera pulang, burung pipitpun menangis menyesali perbuatanya.
Sore itu pak tani menyusun rencana dengan mengumpulkan bahan-bahan seperti baju beju bekas, kayu, bola, kelereng, kalang bekas dan tali. Pak tani mulai merakit orang-orangan sawah atau biasa disebut hantu sawah dengan kaleng yang diisi kelereng didalamnaya dan di kalungkan dileher hantu sawah.
Ke esokan harinya pagi pagi sekali pak tani datang kesawah lagi, namun pak tani tidak membawa cangkul lagi melainkan pak tani membawa hantu sawah. Pak tani mulai menaruh hantu sawah disudut-sudut sawah dan ditengah sawah kemudian mengaitkan dengan tali menjadi satu, ketika burung datang tali itu akan ditarik oleh pak tani dan burung akan takut memakan padi pak tani karena burung pipit akan mengira itu adalah pak tani yang sendang menjaga sawahnya serta suara kaleng bekas yang sangat bising karena didalamnya diisi beberapa kelereng.
Selain itu pak tani juga membangun gubuk sawah untuk berteduh dan tempat sembunyi agar burung pipit tidak mengetahui.
Sinar matahari mulai terbit dan menerangi hamparan sawah burung-burungpun terbangun dari tidurnya serta mulai berterbangan. Segerombolan burung pipit merasa lapar dan memanggil dengan kicauan untuk membangunkan sebagian teman-temanya yang masih tidur didahan pohon pisang.
“Bangun teman-teman ayo kita makan bersama-sama aku sudah merasa lapar”
“Cicuic cuic cuic”. Susana disawah semakin ramai dengan kicauan burung, ketika segerombolan burung yang terbang siap menyerbu sawah pak tani, pak tani menarik tali hantu sawah dengan berulang-ulang. Burung-burungpun berhamburan dan berterbangan karena ketakutan.
Burung-burung pipit berpindah kesawah-sawah lain namun semua sawah telah dipasang hantu sawah untuk menakut-nakuti burung pipit, mulai saat itu burung pipit menyesali semua perbuatan yang telah ia lakukan kepada pak tani dan burung pipitpun merasa kelaparan karena tidak dapat memakan sedikitpun padi-padi milik pak tani, itulah sebab pak tani dan burung pipit tidak bersahabat lagi. 





Komentar

Postingan Populer